Business Opportunity Soto Ayam Joglo Soto'ne Mas Inu

Business Opportunity Soto Ayam Joglo Soto'ne Mas Inu
Sebuah kesempatan kerjasama usaha Soto Ayam dengan type investasi terjangkau dengan hasil yang relatif besar hingga 70%

Jumat, 01 Februari 2008

Menyambut tahun baru 2008 di Soto Ayam Joglo

disadur dari :
http://matakata-ad.com/entrepreneur/petualang/koempol2x/menyambut-tahun-baru-2008-di-soto-ayam-joglo.pengusaha



Menyambut tahun baru 2008 di Soto Ayam Joglo
Posted by: admin in Koempol2x


Menyambut Tahun Baru 2008 bersama alfa mart dharmahusada surabaya. Si Mamat karyawan saya pengen jualan disana karena ada temennya si Dony yang karyawan Soto Ayam Joglo. So minta ijin dulu ama ownernya Mas Nuki dan Mas Anang, KSO Soto Ayam Joglo. Dan akhirnya menghabiskan Malam Tahun Baru disana.

Soto Ayam Joglo ini jenis masakan khas Soto dengan isi Ayam, berbeda sekali dengan Soto Ayam Lamongan. Is something different experience with Soto Ayam. Silahkan dicoba soto ayam Joglonya.

dari BLOG sebelah : http://www.jagomakan.blogspot.com


Friday, January 04, 2008
Soto Joglo Punya Mas Inu


Foto by : Anton - Galeri Imaji

Ada undangan dinner, dari seorang blogger.
Menunya Soto Joglo dan Minuman a la Starbuck.
Ah, siapa yang bisa menolak.

Blog saya ini ternyata dilirik oleh seorang pengusaha sukses ini, awalnya saya diundang via shoutbox. Setelah saling berbalas pantun, undangan yang awalnya untuk saya seorang, akhirnya cair untuk dua orang. Yaitu untuk saya sama fotografer. Eh,... satu hari sebelum hari H, Mas Avy bilang untuk mengajak Jie dan Fahmi.

Menu spesialnya yaitu SOTO JOGLO. Soto ini, kata Mas Avy adalah Soto Khas Solo- Jogya. Sewaktu menunggu, aroma soto ini sudah menggoda. Maklum, beberapa kali penutup panci dibuka, aroma rempah menyebar ke segala penjuru. Saya pun blingsatan mengendus-ngendus, nggak nahan untuk segera makan. Soal tampilan, soto ini sedikit berbeda dengan soto ayam Lamongan."Soto Joglo kuahnya lebih bening, rasanya juga ringan di lidah" Menggunakan daging ayam kampung, yang disuwir-suwir. Satu lagi keistimewaannya, yaitu ada irisan kentang goreng. Sajian ini juga dilengkapi separuh irisan telur ayam. Rasa gurihnya makin terasa, dengan taburan tauge pendek dan bawang goreng. Hmm… lezat sekali.

Gara-gara dikelilingi para berondong, membuat nafsu saya meningkat. Dalam hitungan detik, semangkuk Soto Joglo ini sudah ludes. Padahal Anton, Mas Avy dan Fahmi baru mulai makan. Sedangkan Jie, lebih nafsu motoin saya timbang makan soto Joglo *Jhitak, disertai ancaman.

Selasa, 18 September 2007

Bisnis Ritel Kian Ketat Bersaing

disadur dari :
JAKARTA, (PR).-
Pikiran Rakyat

Bisnis ritel di Indonesia kini memasuki persaingan yang sangat ketat, terutama dengan masuknya pemain asing di bisnis ini. Meski demikian, prospeknya sangat baik. Sebab, masih sangat sedikit mini market yang melayani kebutuhan 200 juta lebih rakyat Indonesia.

"Prospek bisnis di bidang ritel masih terbuka lebar. Hanya sedikit merek dagang yang terjun di bidang ritel, khususnya minimarket di Indonesia," ujar Presiden Direktur Indomarco Prismatama, Sinarman Jonatan kepada wartawan usai peresmian waralaba Indomaret ke 1001 di Jakarta, Senin (13/12).

Sinarman mencontohkan, di Jepang, ritel dengan merek Seven Eleven memiliki 10.000 toko. Demikian juga dengan Family Mart yang memiliki jumlah yang sama. "Di Indonesia, kami baru memiliki 1001. Itu masih sangat sedikit bila dibandingkan jumlah penduduk kita. Karena itulah saya yakin prospek bisnis ini masih sangat baik," ujar Sinarman yang telah mewaralabakan merek dagang Indomaret ke masyarakat sejak 1998 ini.

Menurutnya, kehadiran pebisnis ritel besar dengan merek dagang Carrefour, Giant, atau Hypermart bukanlah ancaman bagi mini market. Meski demikian, pengaturan tempat usaha atau zonasi masih diperlukan.

"Rencana pemerintah untuk menetapkan zona bagi pengusaha ritel itu sangat baik. Zonasi itu mempunyai tujuan baik, tinggal kita berusaha lebih baik dalam menjalankannya. Sebab tidak akan bisa melayani masyarakat secara keseluruhan," ujar Sinarman.

Selain itu, lanjutnya, masing-masing pemain memiliki strategi dan pangsa pasar sendiri-sendiri. "Tinggal kita melihat batasan yang diberikan pemerintah dan menyesuaikannya. Kami tidak mengkhawatirkan pembatasan, tetap akan ada ruang gerak untuk berbisnis," tambah Sinarman yang kini memiliki 13.500 karyawan ini.

Karena keyakinan itulah, Sinarman mengungkapkan bahwa tahun depan pihaknya menargetkan tambahan 600 toko. "Tentunya kita akan lebih banyak franchise-nya. Kalau sekarang ini 50 persen franchise, tahun depan kita akan tingkatkan persentasenya," tuturnya.

Ia merasa, masyarakat akan tetap memberikan kepercayaannya pada bisnis ritel. "Saya melihat masyarakat mempunyai kejelian dalam melihat peluang. Masyarakat membutuhkan jaminan pasokan sehingga bisnis waralaba ritel ini masih sangat terbuka," tambahnya seraya mengatakan bahwa omzet terkecil toko yang ada di perusahaannya adalah Rp 5 juta/hari.(A-83)***

Bisnis Waralaba Masih Bersinar

dikutip dari :
Jakarta, Banjarmasin Post
http://www.indomedia.com/bpost/112005/16/ekbis/ekbis5.htm

Di tengah kondisi perekonomian yang kurang baik, bisnis franchise (waralaba) akan tetap bersinar pada tahun 2006. Ada sejumlah waralaba yang prospeknya kian baik. Apa saja?

Pendiri Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali), Amir Karamoy, mengungkapkan waralaba yang memiliki prospek yang cukup baik di tahun-tahun mendatang antara lain waralaba di bidang pendidikan, kesehatan, makanan dan yang berhubungan dengan anak-anak.

Amir menambahkan, prospek waralaba terutama lokal masih tetap baik. Saat ini tingkat pertumbuhan rata-rata waralaba lokal mencapai 7 persen per tahun dan 15 persen per tahun untuk asing.

"Untuk pertumbuhan asing 15 persen dengan catatan pertumbuhan ekonomi sedang baik," ujar Amir di sela-sela acara di Hotel Red Top, Jakarta, Selasa (15/11). Ia menjelaskan, waralaba asing sangat perlu lingkungan ekonomi yang baik. Hal ini berdasarkan pengalamanm pada 1997-1998 saat kurs dolar tinggi, waralaba asing berguguran, berbeda dengan lokal yang terus tumbuh.

Saat ini tercatat ada 250 waralaba asing dan 70 waralaba lokal ada di Indonesia. Rencananya, ada sejumlah waralaba asing yang siap masuk di bidang pendidikan dari Singapura yakni New Horizon.

Omzet waralaba diperkirakan mencapai Rp150 triliun lebih per tahun dan dapat menampung tenga kerja sekitar empat juta orang.

Untuk menyemarakkan bisnis waralaba, rencananya akan digelar franchise and bussiness opportunity di Indonesia ketiga yang akan berlangsung dari tanggal 18-20 November 2005 di Jakarta Convention Centre (JCC).

Menurut koordinator acara, Niekke W Budiman, peserta acara tersebut mencapai 120 perusahaan waralaba baik lokal maupun asing yakni di bidang restoran, pusat bisnis, toko roti, salon, hotel, ritel, lembaga pendidikan dan travel.dtc

Jumat, 14 September 2007

Type Investasi & Analisa Proyeksi





Type A Outlet Pujasera
Rp. 8.500.000,-
• Di’design u/ space terbatas
• Dirancang untuk ditempatkan pada pusat makanan/Food Center/Pujasera
• Indoor atau Outdoor
Pengembalian Modal dalam +/- 4 Bulan

Type B Outlet Pujasera
Rp. 13.500.000,-
• Di’design u/ space terbatas
• Dirancang untuk ditempatkan pada pusat makanan/Food Center/Pujasera
• Indoor atau Outdoor
• Dimensi
- Panjang
- Tinggi
- Lebar
Pengembalian Modal dalam +/- 4 Bulan

Type Depot
Rp. 45.000.000,-
• Di’design u/ space depot
• Dirancang untuk memberi keleluasaan pengunjung untuk menikmati suasana depot
• Kapasitas 16 sampai 20 orang dalam satu waktu
• Dimensi
- Panjang
- Tinggi
- Lebar
Pengembalian Modal dalam +/- 10 Bulan